Habib Syarif Pengasuh Ponpes Quran Bangun Kawasan Jahe Agropolitan di Kalsel

IMG_0331

TAPIN . DESANEWS.ID. Bermula dari permintaan jahe emprit — tanaman rimpang yang diyakini mampu meningkatkan imunitas tubuh di era pandemi covid 19 — dari perusahaan industri nasional pengolah jahe yang meminta Syarif Achyani Al Aydrus pengasuh Pondok Pesantren Qur’an Ma’had Aali Hasan Taribeh Banjarmasin Kalimantan Selatan memenuhi ribuan ton per bulan.

Sebagai alumni Fakultas Teknologi Pertanian UGM tahun 1997, Ia tak menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Ia bersama para santri dan kelompok tani telah menyiapkan lahan seluas 100 hektar pertama di Kampung Bagak Kecamatan Hatungun Kabupaten Tapin Kalsel.

“Baru tahap pertama penanaman, kami sudah diminta kelola lahan petani seluas 500 hektar hingga ke Kabupaten tetangga yakni di Kabupaten Tabalong, Banjarbaru dan Tanah Bumbu,” jelasnya datar saat ditemui Chairman DesaNews di kediamannya di Kalsel.

Untuk memenuhi kebutuhan atas kontrak tanam dan kontrak jual dari perusahaan besar dan sejumlah industri jamu di pulau Jawa, Syarif menggandeng PT Mutiara Negara Daha sebagai offtaker yang berpengalaman di agribisnis.

PHOTO-2021-12-08-11-17-33 (1)

“Kami sudah sepakat saat pertemuan di Jogjakarta minggu lalu bahwa PT Mutiara Negaradaha yang memiliki gudang cukup besar di Magelang bersedia menjadi mitra strategis kami. Bahkan mereka ternyata memiliki tim agronomi yang handal,” ujar Syarif yang menjabat Bendahara Umum Ikatan Pesantren Indonesia (IPI) DPW Kalsel.

Dirunut dari sejarah, ternyata pulau Borneo sudah dikenal sejak jaman kolonial Belanda sebagai pulau pemasok tanaman obat. Usahatani jahe di Kalimantan Selatan, khususnya di  Kabupaten banjar dan Tapin adalah sentra rempah borneo.

Saat awal pandemi, harga end user jahe merah 80 – 100rb/kg. Sementara harga industri sekitar Rp 8000/kg. Jahe emprit 6rb – 8rb/kg.

“Harga kontrak kami kepada petani kita naikkan Rp. 2rb/kg dari Rp. 8rb/kg menjadi Rp. 10rb/kg. Dan BEP jahe emprit pola usahatani kami maksimal petani hanya mengeluarkan biaya produksi 3rb – 4rb/kg. 1 Hektar mampu memproduksi 20 ton,” jelas Syarif.

Produksi jahe emprit yang kami produksi berupa jahe emprit basah, chips ginger (kadar air 15%) dan jahe serbuk (ginger powder).

Di Kalsel ini, sambung Syarif, rerata petani memiliki lahan minimal 2 hektar per petani. Ini yang membuat pengembangan jahe skala luas dapat dilaksanakan dengan baik di Kalsel.

Dalam kesempatan terpisah, Direktur Utama PT Mutiara Negara Daha Bambang Misdiyanto menyatakan bahwa pihaknya memang menyanggupi perusahaan sebagai offtaker bagi hasil panen petani binaan Habib Syarif Achyani Al Alydrus.

PHOTO-2021-12-08-11-17-33

“Kami sendiri akan tanam jahe emprit di kawasan tersebut seluas 10 hektar agar para petani semakin yakin bahwa usaha jahe yang mereka tanam ini memang prospektif. Buktinya kami pun berinvestasi dengan bertanam mandiri di kawasan yang sama,” ujar Bambang.

Dalam hubungan melalui telepon, Sesditjen Hortikutulra Kementan Retno Sri Hartati Mulyandari menyatakan usahatani jahe di kawasan yang luas di luar jawa sangat menjanjikan.

“Ditjen hortikutura pasti akan mengapresiasi dengan positif prakarsa yang dilakukan oleh pengasuh pondok qur’an Ma’had Aali Hasan Taribeh Banjarmasin Kalimantan Selatan, terlebih mengajak petani di kawasan tersebut untuk memenuhi kebutuhan permintaan para pabrikan,” ujarnya.

Leave a Reply