Bogor. DesaNews.ID. Berkantor di pegunungan yang asri memang menjadi dambaan. Panorama gunung Pangrango yang menjulang dan terjejer dengan sejumlah perbukitan menjadikan Balai Besar Pelatihan Peyuluhan Kesehatan Hewan (BBPKH) di desa Pasir Buncir Cinagara Bogor tampak tenteram.
“Berkantor disini memang sejuk, tenang dan indah,” ujar Dr. Wasis Sarjono Kepala BBPKH Cinagara Bogor kepada DesaNews.ID, kemarin (31/8).
Namun, pandangan banyak orang, menjadi pemimpin di BBPKH tak seindah panoramanya. Disamping jauh dari jalan utama nasional Bogor – Sukabumi Jawa Barat, harus menembus jalan masuk ke perbukitan sejauh lebih kurang 2,5 km, juga tampak dipandang sebelah mata prestasinya.
“Saat saya masuk 6 bulan silam, setelah dua tahun membenahi BBPP Batu Jawa Timur, ada sejumlah giat yang harus segera saya benahi agar performa BBPKH Cinagara tidak lagi dipandang sebelah mata,” kata Wasis membuka percakapan.
“Setelah masa orientasi, saya langsung mendapatkan 4 poin besar yang harus dibenahi yakni tata kelola dan sinergitas personalia, gagasan untuk keluar dari himpitan anggaran yang minim, optimalisasi daya dukung fasilitas pelatihan dan internetisasi yang sangat terbatas, terlebih di pegunungan.” ujarnya.
Sebagai pejabat yang berpengalaman mengelola UPT di lingkungan Kementerian yang awalnya minus menjadi surplus, Wasis langsung tancap gas tanpa harus berlama-lama.
Pertama pasti kami melakukan konsolidasi internal. Semua staf saya datangi dan berikan arahan. “Jika mau maju, maka semua harus melakukan ini dan ini. Dan kegiatan semua bidang harus transparan dan terkoordinasi ” tandas Wasis.
Setelah mulai terasa ada perubahan kinerja, internetisasi segera kami benahi. “Yang awalnya semua staf sulit melakukan komunikasi digital terlebih banyak aktivitas zoom meeting akibat signal internet yang sering terputus. Kini free access tanpa password dengan bandwith yang besar.
“Alhasil BBPKH Cinagara saat ini termasuk UPT yang memiliki akses internet terbaik di lingkungan Kementerian Pertanian, bahkan bisa jadi malah tak kalah dengan kantor pusat,” akunya.
Optimalisasi daya dukung pelatihan mulai kita benahi. Ada beberapa kandang kambing yang tak terawat langsung kami ubah menjadi kandang kambing semi modern tanpa biaya yang tinggi.
Padahal anggaran kami sangat terbatas, terlebih banyak sejumlah agenda kegiatan yang teranggarkan masih terbintangi alias tak bisa digunakan, ditambah merebaknya kasus PMK, dimana BBPKH Cinagara punya andil besar di dalam melatih banyak peserta lintas institusi untuk berpartisipasi dalam vaksinasi massal yang dilakukan serentak untuk penanggulangan menyebarnya virus PMK.
Semua dapat dilaksanakan dengan baik, termasuk kerjasama dengan pihak swasta di lingkungan BBPKH yang menuai manfaat sebagai tempat pelatihan, juga sumber penerimaan pendapatan negara bukan pajak (PNBP).
“Capaian itu semua kami lakukan hanya dalam 6 bulan saja. Dan keberhasilan itu berkat dukungan para staf BBPKH Cinagara yang ternyata bisa bekerja jauh lebih efisien, efektif dan inovatif,” tukas Wasis.
Kita menyadari, sambung Wasis, sebagai instansi palayanan pemerintah khususnya di Kesehatan Hewan lingkup Kementerian Pertanian sejumlah fasilitas harus segera mengikuti kebutuhan perkembangan jaman, termasuk interkoneksitas antarkelembagaan.
Lokasi yang terletak di kaki gunung Pangrango ini jangan malah membuat kelembagaan ini sepi juga dari prestasi. Kami akan berusaha keras BBPKH Cinagara menjadi UPT yang disegani karena prestasinya, bahkan kini sudah mulai terlihat serapan anggaran BBPKH Cinagara terbaik di UPT-UPT di lingkup BPPSDMP Kementerian Pertanian.
“InsyaAllah di Bulan Oktober besok, BPPKH Cinagara agar menyelenggarakan event nasional Festival Kambing/ Domba sebagai bukti bahwa pemerintah turut serta di dalam mempopulerkan juga pengembangbiakaan kambing/domba unggul yang menjadi maskot Indonesia,” katanya optimis.