Legitnya Durian Ngantang, Jumbo Unggulan dari Malang

Malang, (DesaNews.ID)  — Musim panen durian sudah tiba di Kabupaten Malang, terbukti beberaoa Para pedagang buah manis berwarna kuning itu mulai bermunculan di pinggir jalan hutan yang menghubungkan Kecamatan Ngantan dan Kasembon.

Warinem salah satunya. Perempuan itu menggelar buah durian dagangannya di pinggir Rabu (20/1/2021) siang.

Bau khas durian menusuk hidung. Tak berselang lama tiga orang keluar dari mobil pribadi lalu mereka menghampiri perempuan 45 tahun itu.

“Wah, sudah musim durian ternyata. Yang enggak ada pahitnya ada De [sapaan untuk bude atau mbokde]?” ucap Eko yang datang bersama istri dan anaknya.

Pedagang yang biasa disapa Wari itu bergegas memilih. Kedua tangannya menggunakan sarung tangan agar tak sakit saat memegang buah penuh duri itu.

Setelah mendapatkan lima buah durian yang diinginkan dan membayarnya senilai Rp200.000, Eko yang merupakan anggota DPRD Jombang, itu beranjak.

Eko mengaku menjadi pelanggan Warinem sejak tujuh tahun lalu. Dia menjadi pelanggan setia karena durian yang dijual Warinem berkualitas. Saat ingin menikmati durian dengan warna daging dan rasa tertentu pun Warinem bisa memenuhinya.

Menurut Wari, warga Kasembon sudah memanen buah durian sejak sepekan terakhir. Saat ini masih tahap awal sehingga belum banyak pedagang yang menjualnya.

Selain dirinya, banyak pedagang lain yang menjual durian di  pinggiran jalan tersebut. Biasanya puncak panen raya terjadi pada Februari dan Maret. Sebulan kemudian durian semakin banyak yang cari karena produksi sudah mulai panen raya.

IMG-20210120-WA0027

Warinem berjualan setiap musim durian tiba di pinggiran jalan tersebut sejak 1980-an. Warga Pait , Kecamatan Kasembon, itu hanya menjual durian lokal.

Sejak beberapa tahun terakhir dia memasang harga yang sama. Durian berukuran sedang dijualnya Rp100.000 mendapat tiga buah dan kecil Rp20.000-Rp50.000/buah tergantung kualitas daging buah.

Dia jarang menjual durian berukuran besar. Wari menjamin duriannya berkualitas. Dia menggaransi jika rasa duriannya tak enak konsumen bisa menukarnya.

“Di awal musim durian begini paling saya baru bisa menjual 50-60 buah/hari. Kadang bisa habis, kadang sisa 5-7 buah. Kalau pas panen raya, saya bisa menjual sampai 500-an buah/hari. Alhamdulillah selalu laris,” kata Wari.

Konsumen Wari kebanyakan merupakan pelanggan tetap. Biasanya mereka memesan terlebih dulu sebelum membeli.

Bahkan sebelum musim durian sudah banyak yang bertanya kepadanya.

“Selera mereka berbeda-beda. Ada yang suka rasanya ada pahitnya, ada juga yang suka manis. Ada yang hanya mau kalau warna dagingnya putih atau kuning. Semua bisa saya penuhi,” jelas dia.

Dia kulak durian dari warga sejumlah desa di Kecamatan Ngantang dan Kasembon, dengan cara mendatangi masing-masing rumah mereka. Hal itu supaya Wari bisa memilih durian yang berkualitas.

Oleh karena itu dia hapal masing-masing rasa dan warna daging durian yang dijualnya. Dia mencontohkan durian dengan warna daging putih dan rasanya sedikit pahit berasal dari pohon miliknya si A.

Sementara durian yang dagingnya berwarna putih dan rasanya manis berasal dari pohon milik si B. Dengan begitu Wari bisa memenuhi pesanan konsumen. Dia mempertahankan kebiasaan itu selama menjual durian.,

(Dn/M5)

Leave a Reply