Malang, (DesaNews.ID) – Puluhan pengrajin tempe dan tahu di Kota/ Kabupaten Se Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jakarta, melakukan mogok produksi, hal ini dikarenakan meroketnya harga kedelai impor terus merangkak naik.
Informasinya, kelompok pengrajin tempe dan tahu ini, melakukan mogok massal selama tiga hari, mulai Jumat 1 Januari 2021 sampai Minggu (3/1/2021).
Mogok produksi secara massal ini dilatarbelakangi adanya kenaikan kedelai impor di pasaran dari harga Rp 7000 per kilogram yang kini naik menjadi Rp 9000 per kilogram.
Apalagi, kenaikan harga kedelai impor ini tidak diimbangi dengan harga produksi tempe dan tahu, lantaran pengrajin sulit untuk menaikkan harga di pasaran.
Ketua Paguyuban Pengrajin Tempe dan Tahu Jawa Timur, Ridho menjelaskan pihaknya sudah mengupayakan untuk menaikan harga jual produksi tempe dan tahu di pasaran menyusul kenaikan bahan baku utama kedelai impor yang melonjak naik dari Rp 7.000 kini mencapai Rp 9.000 per kilogram
“Kami sudah mengupayakan menaikan harga tempe dan tahu mencapai 10 sampai 20 persen yang kenyataannya sulit diterapkan di pasaran karena umumnya kami menjual pada pedagang di pasar-pasar tradisional,” ungkapnya, Sabtu (1/12021).
Dia mengatakan kelompok pengrajin tempe dan tahu menyadari kondisi Pandemi Covid-19, berdampak terhadap seluruh sektor secara global termasuk mempengaruhi harga bahan baku kedelai impor.
“Kami minta kebijakan Pemerintah Pusat agar tidak menaikkan harga kedelai sampai 25 persen karena semakin memberatkan usaha,” ucap Ridho Koordinator Ketua Kopti Jawa Timur.
Menurut dia, aksi mogok massal produksi adalah bagian dari gerakan pengrajin tempe tahu anggota KOPTI atau GAKOPTINDO (Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia) di seluruh Indonesia.
Kegiatan mogok produksi ini juga telah dibahas dalam rapat pengurus dan pengawas Gakoptindo yang dihadiri lebih 70 persen Puskopti di seluruh Nusantara, Senin (28/12/2020).
“Kita di Jawa Timur juga mendukung aksi mogok produksi karena bertujuan kompak dengan kenaikan harga tempe dan tahu,” terangnya.
Paryono (50), seorang pengrajin tempe asal Kecamatan Pilang, Kabupaten Sidoarjo mengaku kenaikan harga kedelai impor seakaan menambah beban berat bagi usahanya.
Sebab, kedelai impor merupakan bahan baku utama membuat tempe dan tahu.
“Kita menjual tempe asli kedelai dan tanpa campuran jagung serta singkong sehingga kalaiu harga kedelai naik secara otomatis menambah biaya produksi. Harapannya harga kedelai impor turun,” tandasnya,
(Ardy)