TULUNGAGUNG. DESANEWS.ID. Berawal dari usaha coba-coba. Hanya 200 ekor burung puyuh yang ia beli dari pemasok lokal setempat di tahun 2007. “Saat itu bermodal hutangan dari kanan kiri senilai 2 juta rupiah.” kata Aris Setiawan (38) petani milenial binaan program YESS Kementan yang ditemui Desanews di lokasi kandang burung puyuhnya di desa Tiudan Kecamatan Gondang Tulungagung (25/12).
“Alhamdulillah. usaha peternakan saya yang baru saja dimulai malah dijadikan percobaan berbagai merek pakan dan obat dari teman-temannya. Hasilnya mudah diterka. Hasil produksi tidak sebanding dengan biaya yang sudah dikeluarkan. Jadi rugi,” jelasnya.
Meski begitu, Aris tetap semangat. Baginya menjadi peternak itu panggilan hatinya. “Saya meyakini bahwa suatu saat ia bangkit dan berhasil. Kalau orang lain bisa berhasil pasti saya juga akan berhasil!,” tukasnya.
Ujian kembali menerpa si petani milenial Aris. Baru akan bangkit istri dan anaknya harus masuk rumah sakit. Dan ia tidak memiliki uang cukup untuk membawa keluarganya ke rumah sakit. Pikirannya tertuju untuk menjual seluruh sisa ternak dan kandangnya ke orang lain.
Lagi-lagi Allah mengujinya. Burung puyuh sisa ternyata tidak juga laku terjual satu ekor pun. Padahal ia sangat membutuhkan uang cepat. Dan ia pun sementara menjadi buruh bangunan serabutan sambil tetap beternak di waktu luang.
Akibat tidak terjual, kini ia malah bersyukur. Dari sisa ternak yang ada, kini ia malah mampu menjadi peternak burung puyuh dengan kapasitas 4000 ekor dan mampu menetaskan DOQ (day old Quail) atau kutuk puyuh umur sehari hingga 2000 per minggu.
“Itu ilmu hikmah yang kami dapatkan saat semuanya runtuh dan hancur. Dari kendala itu malah saya belajar untuk bisa menetaskan sendiri dan hasilnya alhamdulillah bisa berkembang cepat.
Dewi fortuna memang tengah menaungi Aris. Tahun 2019 ia kedatangan penyuluh Siti Alfiah yang menawarkan untuk diikutkan dalam program YESS Kementan.
“Dari sepuluh calon penerima manfaat hanya Aris yang terpilih sebagai penerima manfaat program YESS dari PPIU Jatim,” ujar Siti Alfiah.
“Setelah proses seleksi, pembinaan manajemen dan pemasaran terkini dari Polbngtan Malang dan PPIU Jatim, Aris akhirnya didapuk sebagai penerima manfaat program YESS senilai 99.990.000 rupiah,” kata Alfiah.
Bantuan hibah kompetitif itu sesuai rekomendasi dibelanjakan 30% untuk perlengkapan kandang dan 70% sisanya untuk bibit dan pakan selama semusim. “Jadi saat ini kami memiliki 9000 ekor burung puyuh siap produksi. Bertambah 5000 ekor dari bantuan program YESS,” jelas Aris semringah.
Untuk pemasaran, hasil telurnya kini dijual 27.000/kg. Padahal saat pandemi hanya mampu terjual seharga Rp. 10000/kg. Area pemasaran telur burung puyuh dan burung puyuh afkir milik Aris hanya di sekitaran Tulungagung dan Jawa. “Itu saja kami sudah kerepotan memenuhi permintaan pasar,” akunya
Aris mengakui menjadi peternak itu tidak mudah tetapi juga tidak sulit. Program YESS itu bagus sekali untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan manajemen modern. “Ini ilmu mahal dan sangat bermanfaat,” katanya.
Ia mengajak pemuda desa hendaknya untuk aktif mendaftarkan diri sebagai calon penerima manfaat program YESS. Banyak ilmu yang tidak didapatkan selama menjadi praktisi terlebih yang masih menggunakan sistem beternak konservatif, sambungnya.
Program YESS (Youth Entrepreneurship and Employment Support Service) adalah program besutan Kementan bersama IFAD (International Fund for Agricultural Development) dengan berburu 2,5 juta petani milenial di pelosok-pelosok desa di Indonesia hingga tahun 2024.
Menurut Direktur Polbangtan (Politeknik Pembangunan Pertanian) Malang, institusi vokasi yang bertanggung jawab atas pembinaan petani milenial di Jatim, Dr. Setya Budhi Udrayana menyatakan bahwa lembaganya menerapkan motto “Tak Ada Hari Tanpa Inovasi dan Percepatan”.
“Pokoknya kita lari gercep (gerak cepat) agar target Kementan untuk berburu petani milenial di Jatim tercapai,” ujarnya.
Dalam banyak kesempatan, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyatakan bahwa petani milenial adalah pilar baru pembangunan pertanian masa depan.
“Kementan memacu program percepatan agar target 2,5 juta petani milenial sampai dengan 2024 tercapai sehingga Indonesia memiliki stok SDM petani muda yang kreatif, inovatif, dan berwawasan global,” tukasnya.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi menyatakan ke awak media bahwa pertanian sudah terbukti menjadi salah satu sektor yang mampu bertahan di tengah pandemi.
“Bahkan kini sektor pertanian menjadi solusi dengan menghadirkan lapangan pekerjaan bagi siapa saja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Pertanian adalah sektor seksi yang bisa bisa digarap siapa saja, termasuk anak-anak muda,” katanya