Bupati Banyuwangi 10 Tahun Jatuh Bangun Berantas Kemiskinan

Banyuwangi, (desanews.id) – Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas sebentar lagi dalam hitungan hari akan mengakhiri masa jabatannya. Kota Banyuwangi di bawah kepemimpinan Anas selama 10 tahun banyak mendapat apresiasi. Anas dinilai mampu mengubah citra Banyuwangi menjadi salah satu daerah tujuan wisata utama di Indonesia.

Dalam dialog virtual bersama Forum Pemred yang ke-10 Senin (15/2/2021), Anas menceritakan berbagai capaian dan tantangan yang ia hadapi selama dua periode. Anas membeberkan bagaimana susahnya ia memulai memimpin Banyuwangi yang dikenal dengan kleniknya. Dengan anggaran yang terbatas, pemerintah setempat harus menentukan berbagai skala prioritas.

Berikut refleksi capaian transformasi selama 10 tahun Banyuwangi.

1. Kemiskinan di Banyuwangi turun drastis

Di sektor ekonomi misalnya, Anas tak mengizinkan keberadaan minimarket. Hal itu dilakukan untuk menjaga para pedagang tradisional. Beberapa kebijakan ekonomi lain pun ia tempuh. Hasilnya, berdasarkan data Pemkab, pendapatan per kapita masyarakat naik. Jika pada tahun 2010 hanya Rp20,86 juta, pada tahun 2019 jumlahnya naik menjadi Rp51, juta per tahun.

“Kemiskinan di Banyuwangi turun drastis. Jika pada tahun 2010 ada 20,09 persen warga miskin, pada tahun 2019 hanya tersisa 7,52 persen,” kata Anas dalam Diskusi Internal Forum Pemred Seri ke-10 yang menghadirkan narasumber Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, dengan tema “Refleksi 10 Tahun Transformasi Banyuwangi”, Senin (15/2/2021).

2. Banyuwangi menjadi kota pariwisata setelah Bali dan Yogyakarta

Lalu selanjutnya di bidang pariwisata, Pemkab juga memilih mengendalikan izin hotel bintang 5 sebab keberlangsungan homestay yang ada di Banyuwangi lebih diutamakan. “Hasilnya, ada 500 homestay yang tumbuh,” katanya.

Kunjungan wisatawan domestik tumbuh hampir 1000 persen dalam 10 tahun. Sementara, turis asing naik 712 persen pada periode yang sama. Bahkan, berdasarkan survei online travel agent Traveloka, Banyuwangi kini menjadi urutan ketiga kota yang menjadi favorit wisatawa setelah Bali dan Yogyakarta.

“Karena pariwisata jadi prioritas kami, jadi semua dinas harus jadi Dinas Pariwisata,” kata Bupati Banyuwangi.

Tak cuma sektor wisata alam saja yang terus dikembangkan Pemerintah Banyuwangi untuk mendongkrak jumlah wisatawan. Hal yang tak kalah penting, kebudayaan masyarakat setempat terus diberdayakan oleh pemerintah agar dapat dikenal di kancah internasional.

Maka dari itu, agenda Dinas Pariwisata di Banyuwangi menggelar hingga 77 festival sebelum Covid-19 mewabah negeri ini. Mulai dari festival seni, budaya, fashion, hingga sport semuanya lengkap. Adapun pergelaran bertema budaya seperti Festival Kebo-keboan Alasmalang, Festival Tari Gandrung, dan Banyuwangi Ethno Carnival.

3. Covid-19 mewabah, Banyuwangi andalkan sektor pertanian

Sayangnya, Covid-19 menjadi pukulan telak bagi sektor ini. Pemkab pun memutar otak untuk kembali mendatangkan para turis. Sadar bahwa pariwisata tak bisa jadi tumpuan ekonomi utama di tengah pagebluk, Anas mengatakan bahwa Pemkab sedang mencoba mencari sumber anggaran daerah dari sektor pertanian.

Terlebih sampai saat ini pertanian masih menjadi lini yang bisa bertahan di tengah pandemi. “Kita punya dari kopi hingga cokelat yang bisa diekspor,” katanya.

4. Bupati akui masih banyak PR yang belum tuntas

Meski sudah membuat banyak perubahan selama 10 tahun terakhir, Anas mengaku masih memiliki banyak pekerjaan rumah. “Misalnya di sektor pertanian, kita belun bisa mengontrol dari hulu ke hilir,” ujarnya.

Selain itu, di bidang ketenagakerjaan, pandemi menurutnya akan membawa banyak dampak bagi perekonomian karena jumlah pengangguran akan akin banyak. “Tantangan makin besar, apalagi jumlah APBD juga turun,” kata Anas.
(dn/br1/bb4)

Leave a Reply