Malang, (desanews.id) Kurangnya antusiasme kaum milenial terhadap dunia pertanian, menggerakkan hati dua Kakak Beradik, Wahyu Nur Cahaya, Nanda Budi Prayoga untuk mendirikan komunitas Petani Jeruk Tanpa Musim.
Pria satu yang sudah mengenyam pendidikan di Universitas Telkom Bandung, prodi S1 Teknik Informatika tersebut mengaku, hampir 80 persen teman kuliahnya merasa salah masuk jurusan. Oleh karena itu, dengan hadirnya Komunitas petani Jeruk tanpa musim, diharapkan dapat menjadi solusi alternatif untuk mempromosikan kembali pertanian di kalangan anak muda.
“Komunitas ini berangkat dari keresahan pribadi. Tidak sedikit teman-teman saya mengaku salah masuk jurusan atau dipaksa masuk jurusan Teknik Informatika. Jadi saya ingin mengubah mindset kaum milenial, bahwasannya pertanian itu asik. Tidak hanya sekedar pertanian, gini komunitas juga mempromosikan peternakan, perkebunan perikanan yang tergabung di JeratnMua Integrated Farming Sistem Indonesia,” ungkap Nanda Sabtu (3/4/2021).
Sejak didirikan pada 16 Agustus 2015, jumlah petani binaan mencapai lebih dari 30 orang dan tersebar di tiga desa. Peran aktif para petani Jertanmus, lanjut Nanda, menjadikan Komunitas Jertanmus diakui kehadirannya oleh pemangku kebijakan, bahkan hampir 100% pemangku kebijakan di Pertanian tingkat daerah sudah berkunjung. Guna menarik minat generasi muda untuk bertani, pria kelahiran Desa Ngantru Kecamatan Ngantang itu telah menyiapkan sejumlah program, seperti Sajiwa, Sawarna dan program Karya Kita. Sajiwa sendiri, tambah Nanda, merupakan program yang mengedepankan peningkatan skill anak-anak petani yang disesuaikan dengan karakteristik desa setempat.
“Dalam program ini, kami mengajak para generasi muda khusunya anak-anak petani, untuk sama sama membangun desa. Di sini kami juga memberikan berbagai pelatihan serta monitoring secara intensif selama tiga bulan, sampai indikator keberhasilan yang diharapkan tercapai.
“Sehingga tercipta regenerasi petani yang berjiwa agrontrepreneur,” jelasnya.
Tak hanya itu, komunitas Petani Jeruk Tanpa Musim juga memberikan edukasi pertanian baik dengan media sosial maupun permainan edukasi, melalui program Sawarna. Ia meyakini, permainan edukasi dapat menjadi sarana alternatif untuk memudahkan kaum milenial memahami pertanian.
Sementara untuk membantu meningkatkan ekonomi, pihaknya memiliki program Karya Kita. Dengan menggali potensi desa.
Bapak satu anak tersebut berharap, program Karya Kita dapat mendukung capaian Sustainable Development Goals (SDGs) dan dapan perhatian penuh dari pemerintah Daerah Provinsi dan Pusat, kususnya bagi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang.
“Setiap desa pasti memiliki karakteristik dan potensi yang beda-beda. Jika peluang ini dimanfaatkan dengan baik, kita bisa menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat setempat. Seperti di Desa Ngantru Kecamatan Ngantang. Dengan sumber daya alam yang melimpah, memotivasi pemuda setempat untuk terus kreatif. Melalui Karang Taruna Tani, mereka sukses mendirikan Petani Jeruk Tanpa Musim,” ucapnya.