PACITAN. DESANEWS.ID. Upaya Kementerian Pertanian bersama IFAD (International Fund for Agriculturcural Development) memompa generasi milenial untuk bertani dalam frame millennials think yang modern, inovatif dan digitalism well melalui program YESS (Youth Enterpreneurship and Employment Support Services) membuahkan hasil yang menggembirakan.
Menurut Kepala BPPSDMP Prof Dedi Nursyamsi program YESS bertujuan menciptakan kesempatan bagi pemuda-pemudi di wilayah perdesaan untuk mengembangkan ekonomi mereka melalui kewirausahaan sehingga mampu menjadi pionir di dalam mentransformasikan keberhasilannya di wilayah mereka perdesaan secara berkelanjutan dan menyeluruh.
Dana yang disiapkan IFAD mencapai 55,3 juta dollar AS untuk program YESS selama 6 tahun program berjalan (2019-2025). Dan 3.800 pemuda milenial menjadi sasaran progam YESS di Kabupaten Pacitan pada tahun 2021.
Bayu Tirta Dwita Erlangga adalah salah satu bukti atas keberhasilan program YESS. Pemuda asal Kecamatan Ngadirojo Pacitan ini yang awalnya hanya membantu orangtuanya di ladang kini menjadi bintang di desanya karena mampu mengembangkan ternak kambing Boerja.
Kambing Boerja adalah kambing persilangan antara kambing Boer dan kambing Jawa Randu. Hanya bermodalkan dua indukan kambing pada tahun 2019 dan uang tunai sekitar 7 juta dalam dua tahun sudah bertambah menjadi tujuh ekor atau senilai lebih kurang 17 juta.
“Beternak kambing Boerja menjadi pilihannya waktu itu karena persilangan kedua jenis kambing ini dagingnya gempal sehingga karkasnya tinggi saat disembelih walau tampak tubuhnya sedikit memendek,” jelasnya.
Kambing jenis ini disamping memiliki kualitas daging yang baik juga nilai jual yang jauh lebih tinggi di pasaran. Selain itu, kambing Boerja memiliki daya tahan lebih kuat terhadap serangan penyakit.
Budidaya kambing Boerja dapat dipanen selepas sapih (kurang lebih 3 bulan pasca lahir) dalam siklus 8 bulan sekali. Selain ternaknya, Bayu pun mendapatkan penghasilan tambahan dari kohe (kotoran hewan) yang biasanya penampung sudah antri untuk dijual sebagai pupuk kandang.
“Dari kohe setidaknya saya mendapatkan tambahan satu juta rupiah setahun,” akunya.
Bayu tidak memberikan pakan ternaknya dengan “ngarit” seperti peternak pada umumnya. Baginya ngarit (mencari hijauan pakan ternak) menghabiskan waktu dengan sia-sia. Ia menggunakan pakan fermentasi yang hasilnya malah jauh lebih baik untuk memompa pertambahan bobot badan ternak dan terpenuhinya kebutuhan nutrisi ternak. Hasilnya malah jauh lebih efisien.
Kesemua ilmunya diperoleh atas pembinaan secara intensif dari PPIU Jatim karena ia penerima manfaat program YESS. Bahkan kini Bayu mendapatkan penambahan modal sebesar Rp. 63 juta untuk pengembangan usaha budidaya ternak Boerjanya.
Berkat Boerja kini Bayu Tirta si Peternak Milenial itu bisa tampil “Borju” jika ia mau. Tapi sebagai wong ndeso, Ia tetap bersahaja dan cita-citanya hanya ingin menjadi peternak cerdas dan modern seperti yang diharapkan Kementan.