PACITAN. DESANEWS.ID. Kementerian Pertanian (Kementan) melalui salah satu program Youth Enterpreneurship and Employment Support Services (YESS) mendorong para petani milenial untuk gencar berwirausaha.
Dibekali pelatihan, pendampingan, dan insentif agar mereka terjun ke perusahaan pertanian untuk trigger modal, diharapkan mampu membangun pertanian lebih mandiri. Salah satu yang telah sukses memetik hasil jadi wirausahawan ialah Septian Prasetya Utama.
Generasi muda berusia 21 tahun dari Desa Bangunsari, Kecamatan Bandar, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, dengan semangat membara sukses mengembangkan sistem pertanian terpadu. “Petani identik dengan kemiskinan dan kebodohan adalah anggapan yang salah. Ternyata banyak petani yang berlatar belakang pendidikan sarjana dan hidup berkucukupan,” terang Septian dalam keterangan pers, Selasa (7/9).
“Usaha di bidang pertanian adalah usaha yang sangat mulia karena mengandung unsur ibadah dan menjanjikan untuk dapat hidup layak,” ucapnya. “Fasilitas yang diberikan pemerintah sudah cukup memadai, tinggal petaninya mau atau tidak memanfaatkan fasilitas yang ada dan jangan berfikir mendapatkan keuntungan yang besar pada saat menanam tapi berfikirlah ini kan cukup untuk kehidupanku dan keluargaku,” terang Septian.
Ia pun menceritakan awal mula usahanya tertarik melihat kesuksesan ayahnya yang juga seorang petani. “Saya mulai menjalani budi daya tanaman hortikultura dan tanaman pangan, mulai dari sayur-sayuran seperti kacang panjang, buncis, dan bawang prei hingga padi, jagung serta kedelai,” katanya.
“Saya juga mengembangkan usaha peternakan kambing serta memanfaatkan limbah pertanian mulai dari tebon jagung, tongkol jagung, kulit kedelai,” jelasnya.
“Limbah tersebut saya cacah dengan mesin choper untuk dijadikan silase dan pakan fermentasi. Di samping itu saya juga memproduksi pakan tersebut untuk dijual ke peternak lain,” papar Septian mengisahkan kesuksesannya. Bersama sang ayah yang sudah terlebih dahulu menggeluti sektor pertanian, Septian pun mengolah limbah dari peternakan menjadi pupuk organik yang berguna untuk menanam berbagai jenis tanaman baik untuk keperluan sendiri maupun untuk dipasarkan.
“Selain pupuk kandang ada beberapa bahan lain yang saya gunakan yakni arang sekam, limbah organik seperti sampah dapur dan sisa pengolahan dari pertanian mulai sekam yang sudah membusuk dan lain-lain. Pokoknya jangan sampai ada yang terbuang, semua bisa dimanfaatkan, dari alam kembali untuk alam,” tegasnya.
Untuk komoditas unggulan yang ia kembangkan adalah cabai yang dikelola secara pribadi. Di luasan greenhouse sekitar 0,5 ha mampu menampung 10.000 kotak penyemaian yang berisi sekitar 400 polibag kecil, Septian dapat melakukan proses transplanting minggu sekali.
Bicara omzet, milenial ini mampu meraih kisaran Rp75 juta per tahun. Untuk pasar, tentunya tak perlu diragukan lagi, hasil budidaya Septian telah sudah merambah ke luar Kabupaten Pacitan seperti Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Ponorogo dan Kota Yogyakarta baik melalui penjualan langsung maupun melalui marketplace.
Tak hanya ingin merasakan kesuksesan sendiri, Septian pun mendampingi beberapa petani yang mengalami kesulitan atau kendala dalam tahap apapun mulai dari GAP, GHP dan pascapanen yang terpaku pada SOP. Ia pun tergabung dalam beberapa Poktan dan Gapoktan, di antaranya Poktan Tani Makmur, Gapoktan Sari Mulyo, hingga P4S Sari Mulyo hingga tepilih menjadi salah satu Duta Petani Milenial (DPM) Kementan. Sebagai DPM ia bertekad akan melakukan resonansi kepada pemuda-pemudi yang ada di kabupaten Pacitan untuk bersama-sama mensukseskan pembangunan pertanian.
Dalam banyak kesempatan, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan bahwa kredibilitas generasi muda di bidang pertanian saat ini semakin berkembang. “Saya makin percaya anak muda yang mau terjun dibidang pertanian bisa punya peluang kehidupan dan ekonomi yang lebih baik. Apalagi dengan memanfaatkan teknologi yang tersedia maka dunia dalam genggaman kalian,” katanya .
Sementara Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi menjelaskan, Kementerian Pertanian melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian memiliki program strategis mencetak 2,5 juta petani milenial di seluruh pelosok Tanah Air pada 2024. Tujuannya untuk regenerasi. Berbagai strategi dilakukan, salah satunya menghilangkan pandangan bahwa petani itu kotor melalui konsep pengembangan modern farming dan smart farming.
“Bicara masalah hulu mayoritas petani Indonesia telah memiliki kapabilitas yang cukup. Persoalannya, pada sektor hilir, petani kerap terbentur masalah distribusi produk hingga manajemen keuangan,” kata Dedi. “Untuk itu melalui program YESS yang dikolaborasikan dengan program Kementan diharapkan hambatan tersebut teratasi bahkan sekarang terbukti mulai banyak dan tumbuh petani milenial yang sukses mengembangkan usaha taninya,” ujar Dedi.