Terkendala Panen Belum Dibayar Petani Tebu Belum Bisa Tanam

Malang, (desanews.id) – Belum berahir derita yang menghantui masyarakat Kabupaten Malang dengan terus menyebarnya virus covid 19, kini penderitaan semakin menyekik leher para petani tebu di Kabupaten Malang, pasalnya uang hasil panen tebu para petani sampai saat ini belum mereka terima sedangkan masa tanam sudah didepan mata.

Bupati Malang H M Sanusi mengakui, memang benar dampak dari Kondisi sekarang banyak petani yang mengeluh, banyak keluhan dari para petani tebu, padahal, mayoritas petani sudah menyetorkan hasil panen tebu mereka ke PG Krebet Baru dan ke PG Kebon Agung, dan sampai saat ini belum ada penyelesaian dalam pembayaran.

“Info dari Kadinkop, 62 ribu ton tebu yang sudah masuk ke PG Krebet Baru hanya terbayarkan 22 ton saja. Sisanya belum ada penyelesaian. Begitu juga yang dirasakan para petani yang menyetorkan tebunya ke PG Kebon Agung,” paparnya.

Ia pun menjelaskan bahwa dirinya sudah berusaha meminta Kadinkop dan Kadisperindag memfasilitasi pertemuan antara petani dengan perusahaan.

“Saya sudah meminta ke pihak Kadinkop dan Kadisperindag menemui kedua belah pihak (petani dan perusahaan). Untuk mencari solusi pembayaran,” terangnya.

Belum selesai pembayaran, derita petani masih ditambah dengan fakta harga gula di lapangan. Harga gula impor yang semakin murah membuat gula lokal tidak laku.

Efek dominonya, petani semakin tidak jelas pembayaran panennya. Sebab, pembayaran panen dilaksanakan seusai gula hasil produksi terjual.

“Kalau penurunan harga jual gula lokal ini belum selesai, maka saya akan tindak lanjuti berkomunikasi dengan pemerintah pusat melalui Gubernur Jatim. Agar gula lokal hasil panen tebu petani di Kabupaten Malang bisa terjual dan tidak tertimbun di gudang pabrik,” jelasnya.

Sebagai Kepala Daerah, ia berharap situasi ini bisa segera ditemukan solusinya. Agar petani segera dapat memulai tanam tebu kembali.

“Harapan saya, sesegera mungkin semuanya normal. Agar mereka bisa melakukan tanam tebu kembali. Karena bagaimanapun, gula lokal lebih berkualitas dan rasanya lebih manis dari gula impor,” harapnya.

Situasi ini rupanya juga membuat Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia (Apkrindo) Malang, Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Malang, dan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Malang ikut prihatin.

Ketiga asosiasi tersebut sepakat menyerukan untuk membeli produk gula lokal untuk mengembalikan kesejahteraan petani tebu di Kabupaten Malang.

“Seruan ini murni bentuk keprihatinan kami terhadap para petani tebu yang hasil panennya belum terbayar,” tutup Ketua Apkrindo Malang, Indra Setiyadi,

(Dn/mr1/mm4)

Leave a Reply