Jombang, (desanews.id) – Puluhan warga terdampak banjir luapan sungai Avur Besuk Kecamatan Bandarkedungmulyo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur dievakuasi ke tempat yang lebih aman, di antaranya balai desa Gondangmanis.
Warga terpaksa dievakuasi karena rumahnya terendam air, selain itu juga hingga Jumat (5/2/2021) dini hari belum ada tanda-tanda air akan surut.
Ahmad Ridwan, pengungsi dari Dusun Manisrenggo, yang dievakuasi BPBD ke balai desa setempat menuturkan ia bersama keluarganya terpaksa tinggal sementara di balai desa karena air sudah masuk ke dalam rumahnya.
“Biasanya tidak sampai mengungsi. Baru kali ini terjadi banjir bandang yang arusnya sangat deras sekali dikarenakan meluapnya sungai Avur besuk,” katanya, Jum’at (5/2/2021) malam.
Dia pun tak bisa berbuat banyak atas bencana itu. Ia hanya berharap dan berdoa banjir segera surut dan dapat segera beraktivitas seperti semula.
Banjir akibat luapan sungai Avur Besuk Kecamatan Bandarkedungmulyo mulai terjadi pada Rabu (4/2/2021) malam. Kemudian, Jum’at (5/1/2021) pagi merendam permukiman dan jalan raya Nasional Surabaya-Madiun berdampak pada kemacetan arus lalu lintas.
Selain itu, pada Rabu (4/2/2021) pukul 01.00 WIB dini hari banjir menerjang ratusan hektare lahan pertanian dan menenggelamkan tanaman padi yang mengakibatkan para petani mengalami kerugian.
Kepala Desa Bandarkedungmulyo, Zainal Arifin menerangkan, banjir dari arus air yang besar dari Sungai Konto yang mulai dari Kandangan turun penuh dengan sampah, turun ke Oro-Oro Ombo. Tapi sepertinya dialihkan ke Avur Besuk.
“Makanya Sungai Konto debit air jadi berkurang, tetapi Avur Besuk yang melimpah,” katanya.
Akhirnya, kata dia, di dusunnya, dan wilayah Plosorejo jebol yang sebelah utara. Lalu melaju ke arah Wnonorejo Manisrenggo.
“Debit air saking tingginya gak bisa ditanggulangi, akhirnya meluap ke jalan raya,” jelasnya.
Ia mengatakan untuk sementara yang terdampak lahan pertanian hampir 196 hektare terendam air. Data itu belum termasuk Gondangmanis, Pucangsimo, dan Brangkal yang juga jebol. Sedangkan untuk rumah warga masih dalam pendataan.
“Kerugian tinggal mengalikan saja mas. Tanaman padi sudah berbuah, dan ini sudah tenggelam. Buah muda kalau tenggelam sampai ujungnya ya sudah,” katanya.
Dikatakan Zainal, selama ini pihaknya sudah berkali-kali melaporkan kepada pemerintah setempat jika Avur Besuk perlu normalisasi mulai dari ujungnya di Brangkal. Sebab, kalau ujungnya buntu, maka percuma ditempatnya dibetulkan.
“Tapi selama satu tahun tidak ada pergerakan, tidak ada apa-apa, ya ini akibatnya. Kalau sudah hujan lebat, ya mesti jebol semua. Ini di desa kami saja ada tiga titik yang jebol, di Plosorejo, Kedungasem, sama di Krapak,” katanya,
(dn/jr1/jj3)