Tuban, (desanews.id) – Di awal tahun 2021 para petani di wilayah Kecamatan Plumpang mengaku hasil panen padi turun hingga 20 persen. Dalam kondisi normal 1 hektare sawah bisa menghasilkan 10 ton padi. Saat ini karena sawah terendam banjir, hasil panen padi hanya sekitar 8 ton / hektare.
Kasri salah satu pekerja panen padi di Desa Bandungrejo, Kecamatan Plumpang bercerita kepada awak media pada Senin (1/2/2021) siang.
“Karena sawah juga masih kebanjiran maka padi yang bisa diselamatkan langsung diambil, sebelum kena banjir lagi,” ujar Kasri disela memanen padi.
Di musim hujan seperti ini, petani harus memanen padi lebih awal. Jika sampai padi terendam maka bisa dipastikan busuk. Padi yang dipanen rata-rata berusia 100 hari dan kondisi padi masih hijau.
Berbeda dengan musim kemarau, padi akan cepat menguning saat usianya 90-95 hari. Kerugian pun bisa diminimalisir, jika tidak diserang hama tikus dan wereng.
“Kali ini yang dipanen 1,5 hektare,” imbuhnya.
Pantauan di lokasi, petani mengandalkan perahu yang terbuat dari terpal. Padi yang sudah dipotong diangkut menggunakan perahu. Salah satu petani kemudian mendorongnya dan berjalan pelan di tengah banjir setinggi leher orang dewasa.
Setelah padi dipindahkan, kemudian mesin panen dinyalakan. Puluhan petani kemudian menempati posisinya masing-masing, mulai dari menyodorkan padi ke mesin, hingga mengangkut padi basah di tempat yang ditentukan.
Para ibu-ibu juga mengambil peran dengan memilah-milah padi yang masih tercampur dengan batangnya setelah keluar dari mesin. Para petani yang memanen terus bekerja meski hujan turun.
Informasi dari petani lain, bahwa harga gabah normal saat kemarau bisa mencapai Rp4.700 per Kilogram. Sedangkan saat hujan harganya turun Rp500 menjadi Rp4.200 per Kg.
Harapan petani banjir di Kecamatan Plumpang bisa dikendalikan. Baik mengatur saluran irigasi atau dengan metode lainnya, supaya luapan Avour Kuwu tidak merusak tanaman padi,
{Dn/tr6/tt9}