Malang, (desanews.id) – Budidaya jeruk lemon ternyata manis dan segar bagi petani. Selain bisa panen tiap minggu, peluang pasarnya pun terbuka luas. Bahkan, kualitas lemon dalam negeri tak kalah dengan produk impor.
Pendiri Petani Jeruk Tanpa Musim (Jertanmus), Wahyu Nur Cahaya mengakui, bisnis hortikultura, khususnya jeruk lemon prospeknya cukup cerah dan peluang pasarnya luas.
Selama ini permintaannya cukup banyak, namun produksi jeruk lemon dari petani belum mampu memenuhi tingginya permintaan tersebut. “Kita bisa mengisi pasar dalam negeri sebesar 20%-nya saja sudah cukup bagus,” kata Wahyu Kamis 18 Maret 2021 di Gudangnya.
Pendorong tingginya permintaan yakni karena pertumbuhan kuliner dan perkembangan resto dan hotel di kota-kota besar di tanah air cukup pesat, sehingga berdampak signifikan terhadap permintaan jeruk lemon. “Apalagi, sekarang ini tren hidup sehat sangat digandrungi masyarakat. Sehingga, sejumlah komoditas horti seperti jeruk lemon yang punya kandungan vitamin C dan manfaat kesehatan lainnya bisa menjadi plihan masyarakat,” ujarnya.
Tingginya permintaan jeruk lemon, juga menjadi peluang bagi petani. Tak heran jika bisnis hortikultra yang dikembangkan Petani Jeruk Tampa Musim (Jertanmus) , mulai dari usaha penjualan benih hingga buah jeruk lemon segar kurun tiga tahun lalu mulai menuai hasil. “Karena peluang pasarnya luas, kami kurun tiga tahun lalu kerjasama dengan sejumlah Petani binaan di Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Jawa Timur,” katanya.
Sementara itu salah satu petani jeruk lemon yang juga merasakan manisnya budidaya jeruk lemon adalah Tatang Yosi. Petani binaan asal Desa Ngantru, Kecamatan Ngantang mengaku sangat beruntung membudidayakan jeruk lemon. Bersama Petani Jeruk Tanpa Musim (Jertanmus) di Desa Ngantru, Kecamatan Ngantang Malang, Yosi telah membudidaya jeruk lemon sejak tahun 2017 di lahan seluas 2500 m3.
“Ada lebih dari 300 pohon lemon yang ditanam. Dari pohon yang ditanam, sekitar 200 batang siap panen dalam waktu dekat ini. Sekali panen ada sekitar 1,5 ton 2 ton lemon segar/bulan,” tuturnya.
Dari hasil panennya itu, Tatang bisa mengantongi omzet hingga Rp 15juta juta/bulan. Petani biasanya memasarkan jeruk lemon tersebut ke industri minuman dan pabrik obat di Jakarta, Bandung dan Kuningan. Bahkan kini permintaan lemon kini terus meningkat pesat dibandingkan tahun lalu.
“Kalau sudah memasuki masa panen, kami bisa mengirim pasokan lemon ke pabrik minuman 1 ton per bulan,” ujarnya.
Hal yang hampir sama diungkapkan, petani muda Ilham (23), petani jeruk lemon Desa Ngantru, Ngantang. Meski baru membudidaya jeruk lemon tahun 2018lalu, Ilham mengaku bisa memanen jeruk lemon sekitar 2 ton/minggu atau sekitar 7-8 ton/bulan. Jika harga jeruk lemon Rp 10 ribu/kg, Ilham mengaku bisa mendapatkan rata-rata Rp 80 juta/bulan (kotor).
Ilham juga mengaku tak sulit memasarkan jeruk tersebut, karena sudah ada yang menyerap yakni Petani Jeruk Tanpa Musim (Jertanmus. Melihat peluang budidaya lemon yang sangat segar, Balai Balitjestro sebenarnya telah meluncurkan varietas baru dari lemon tanpa biji bernama Montaji Agrihorti.
Varietas ini telah dilepas melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian No.039/Kpts/SR.120/D.2.7/4/2018 pada April tahun lalu. Varietas ini diluncurkan sebagai alternatif masyarakat yang ingin membudidayakan lemon, baik di lahan ataupun pekarangan. Montaji agrihorti mempunyai keunggulan kulitnya yang tipis serta kandungan jus tinggi, tanpa biji atau seedless.
Jeruk Lemon memiliki kandungan vitamin C yang cukup tinggi dan bermanfaat bagi kesehatan. Manfaat lemon sendiri dapat membantu menurunkan berat badan, antibodi, menyegarkan nafas, melancarkan pencernaan dan lainnya.
(Ardy)