Malang, (desanews.id) – Kabupaten Malang tepatnya di Desa Ngantru Kecamatan Ngantang merupakan salah satu desa sentra jeruk di Indonesia yang telah menerapkan teknologi Bujangseta. Harapannya, seluruh petani jeruk negeri menerapkan teknologi ini. Karena dengan Bujangseta, atau nama lokalnya bagi petani Ngantang, yaitu, Jertanmus (Jeruk Tanpa Musim, jeruk ini, memiliki kualitas premium dengan biaya produksi cukup murah.
“Ngantang sudah menerapkan Bujangseta. Nantinya, seluruh sentra jeruk dalam negeri mengikuti teknologi ini. Dan produksi jeruk nasional bertambah, karena panen bisa sepanjang tahun,” ungkap Kepala Balitjestro, Dr Ir Harwanto, M. Si saat melakukan kunjungan ke Petani Milenial di Desa Ngantru 15 Maret 2021.
Dikatakan, teknologi Bujangseta, atau istilah lokalnya Jertanmus secara bergulir akan diterapkan di seluruh wilayah Indonesia. Balitjestro Tlekung sendiri telah menyebar satu juta bibit bebas penyakit, yang bisa dilakukan penanaman dengan teknologi Bujangseta.
“Tentunya, nanti akan disebar ke semua sentra produksi jeruk dalam negeri. Untuk sementara Ngantang yang sudah menjalankan teknologi ini seluas 30 Hektare,miliknya sendiri dan 2 hektare milik petani binaanya, harapanya Ngantang akan jadi maskotnya Jertanmus di wilayah Malang Barat, (Malabar),” Imbuhnya.
Produksi jeruk nasional saat ini hanya mencapai 2,2 juta ton. Dengan Bujangseta, produksi jeruk akan berlipat ganda, sehingga mampu mendukung kebutuhan pasar dalam negeri maupun luar negeri.
Program pengembangan tanaman jeruk, lanjut dia, akan diutamakan pada jenis keprok untuk substitusi impor dan kebutuhan pasar dalam negeri.
Karena, konsep Bujangseta adalah jeruk dapat berbuah sepanjang tahun (off season) dan menghasilkan buah bermutu premium yang seragam, citarasa sesuai pasar (manis dan asam), kulit buah mulus dengan harga memadai.
“Dengan teknologi Bujangseta, kualitas premium yang diinginkan pasar bisa terpenuhi. Stok juga akan melimpah, dengan masa panen bisa setiap saat,” terang Harwanto
Ditambahkan, dengan Bujangseta, keuntungan dari petani akan meningkat karena mendapatkan harga bagus dengan masa panen yang dapat diatur.
Bujangseta ini, seperti yang dilakukan di Kecamatan Ngantang oleh salah satu petani milenial kita, bisa direplikasi di tempat lain. Pelaksanaannya mudah, karena tergantung kemauan petani dan dukungan dari pemerintah daerah setempat.
“Dalam mendukung teknologi Bujangseta, penataan kelembagaan menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan,” Pungkas Harwanto.
(Ardy/dn)